SEJARAH SINGKAT BANDARA
RAMPI - merupakan sebuah kecamatan yang terletak di kabupaten Luwu Utara, Sulawesi
Selatan, Indonesia dan merupakan kecamatan yang terpencil di Kabupaten Luwu
Utara. Ibu Kota Kecamatan Rampi adalah Onondowa. Jarak dari Ibukota Kabupaten
Masamba ke Rampi, kira-kira 86 km. Wilayah Rampi memiliki ukuran seluas
1.565.66 m2 dengan jumlah penduduk 3.164 jiwa serta kepadatan 2 jiwa/m2.
Kecamatan Rampi merupakan wilayah pegunungan yang beriklim dingin sejuk dengan
dominasi hamparan hutan belantara. Pemukiman suku Rampi tersembunyi didataran
tinggi pegunungan, mereka berada di 6 desa yang terletak di Kecamatan Rampi dan
juga tersebar di Kecamatan Seko dan Kecamatan Limbong.
Batas
wilayah yang terdapat Wilayah Utara Rampi adalah Sulawesi Tengah, sebelah
Selatan Kecamatan Masamba, sebelah Barat Kecamatan Seko, dan sebelah Timur
Mangkutana, Luwu Timur. Peran lembaga adat yang dipimpin oleh Tokoi Rampi masih
dipegang teguh oleh masyarakat Rampi dalam penyelesaian segala macam persoalan
sosial kemasyarakatan, maka dari itu masyarakat rampi masih hidup di bawah hukum tradisional
mereka dan tidak memiliki konsep penjara atau penegak hukum, sistem
kemasyarakatan mereka seluruhnya diatur oleh hukum adat. Dilihat dari potensi
alamnya, Rampi memiliki kelebihan sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh
wilayah-wilayah lainya, yakni :
Memiliki objek wisata yakni air panas di onondowa dan sumur percetakan manusia di gunung kaliwamba desa bangko.
Secara ekomoni 90 % mata pencarian masyarakat Rampi berasal dari alam yang dominan masyarakat berprofesi sebagai petani dan mereka membuka lahan sawah yang hanya dikerjakan sekali setahun, namun kegiatan berburu juga merupakan salah satu cara yang digunakan masyarakat Rampi untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka seperti makanan. Untuk itu demi memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder mereka, masyarakat Rampi biasanya melakukan proses jual beli di ibukota kabupaten yaitu Masamba dan dikota-kota lainnya dengan menempuh jarak yang cukup jauh.
Bandara Rampi
dibuka secara manual pada tahun 1979 disponsori oleh sinode GKST Tentena dan
pendaratan pertama pesawat di Rampi pada tahun 1980 oleh pesawat MAF CESNA
dengan muatan penumpang maksimal 6 orang dengan landasan yang masih berupa
rumput dan tanah. Namun penerbangan sempat terhenti ditahun 1988 karena
berakhir masa kontrak oleh sinode GKST Tentena. Di tahun 1989 bandara yang
sudah menjadi hutan diganti dibawa sponsor Mr. Yuha Cristhensen dan bekerjasama
dengan pemerintah setempat saat itu. Pada tahun 1990 pesawat cesna kembali
beroperasi setelah lapangan manual diresmikan dengan dihadiri oleh perwakilan
dari kementerian perhubungan dan juga Provinsi
Sulawesi Selatan dengan diatas landasan pacu sepanjang 600 meter lebar 18
meter.